Sabtu, 27 Juni 2009

Film Dokumenter Kontroversi AS, Cemari Citra Mesjid


WASHINGTON (SuaraMedia News) – Ketika Asra Nomani, penduduk asli kota Morgantown, Virginia, berjalan memasuki sebuah Masjid lokal melalui pintu depannya – yang menurutnya bertentangan dengan kebijakan Masjid tersebut – ia menciptakan ketegangan di komunitas itu. PBS pun menjadikan kisahnya sebagai sebuah film dokumenter.

Jurnalis Asra Nomani mengklaim bahwa dia termotivasi untuk melakukan sesuatu setelah teman dan mantan koleganya di Wall Street Journal, Daniel Pearl dibunuh di Pakistan.

Saat ia melihat kondisi di Masjid lokal itu yang ia gambarkan: eksklusif bagi wanita, intoleran terhadap nonmuslim, dan mencurigai Barat, ia memutuskan untuk mendobrak peraturan Masjid dan masuk melalui pintu depan Masjid. Hasil kampanye itu menarik perhatian media, menempatkan Nomani berhadapan dengan pengurus Masjid.

Nomani mengatakan, “Tindakan saya di Morgantown terkait langsung dengan pengalaman ketika menyaksikan teman saya Danny diculik dan dibunuh. Ketika mencari Danny, kami menemukan bahwa foto-foto miliknya ditinggal di sebuah Masjid.”

“Berdasarkan studi saya bidang media dan komunikasi, saya tahu bahwa Masjid merupakan tempat bertukar informasi dan melakukan aktivitas politik. Masjid adalah tempat menghasilkan kebijakan, ideologi, dan teologi bagi komunitas kami. Saya tahu bahwa kami harus merebut kembali Masjid kami. Kami harus mempertahankan nilai-nilai Islam di Masjid komunitas kami.”

Sohail Chaudhry, imam Masjid di Morgantown, mengatakan bahwa film dokumenter itu merupakan sebuah potret yang tidak akurat mengenai apa yang sebenarnya terjadi. “Sejak awal tidak ada peraturan yang melarang wanita beribadah di ruangan utama,” ujarnya, “Wanita selalu boleh beribadah di sana tapi kebanyakan mereka sendiri yang memilih untuk beribadah di ruangan lain. Dan itu sepenuhnya terserah mereka.”

Ia menambahkan bahwa cara yang dipakai Nomani untuk mengatasi diskriminasi gender di dalam Masjid tidaklah demokratis. ”Isu-isu semacam itu selalu ada. Masalahnya adalah bagaimana anda mengatasinya. Masjid ini dijalankan secara demokratis, kami menyelenggarakan pemilihan umum setiap dua tahun sekali, dan itu adalah salah satu hal yang kami beritahukan ke Nomani. Jika ia berpikir ada beberapa hal mengenai Masjid yang harus diubah, maka ia perlu mencalonkan diri dalam pemilu dan kita lihat apakah dia akan mendapat cukup banyak dukungan di komunitas ini.”

“Tapi, bukannya mengambil cara itu, Nomani malah mengambil jalan yang sangat agresif dan mencantumkan nama-nama sejumlah orang dari berbagai komunitas, melabeli Masjid kami sebagai Masjid ekstremis yang dipimpin oleh orang-orang yang serupa dengan kelompok yang membunuh Daniel Pearls yang mana hal itu tidak benar sama sekali.”

Chaudhry juga menyesalkan penggambaran film dokumenter tentang beberapa individu sebagai “ekstremis”. Ia mengatakan, “Satu hal yang ingin saya tambahkan adalah film dokumenter itu memperlihatkan beberapa anggota pengurus Masjid sebagai seorang ekstremis atau fundamentalis. Saya tidak ingin siapa pun yang menonton acara itu berpendapat serupa mengenai beberapa pengurus kami. Masjid ini adalah sebuah tempat di mana kami menyambut baik semua orang dan saya mendorong siapa pun untuk tidak hanya mempercayai begitu saja apa yang dikatakan dalam dokumenter tersebut, namun datanglah ke Masjid kami dan lihat sendiri apa yang terjadi di sini.” (ri/ist) Dikutip oleh www.suaramedia.com

Dari:

Film Dokumenter AS, Cemari Citra Masjid,

http://www.suaramedia.com/dunia-islam/film-dokumenter-kontroversi-as-cemari-citra-masjid.html,

Diakses pada hari: Sabtu, 27 Juni 2009 19:30pm